Lebih
dari 200 ulama Lebanon dari berbagai daerah di Lebanon, yang dipimpin oleh
Mufti Jabal Lebanon Syaikh Dr Mohammad Ali Jouzo, hadir pada “Liqo’ Ualama,
Pertemuan Ulama” di Pusat Dakwah Islam di Beirut “untuk mendukung revolusi
rakyat Arab, dan menegaskan bahwa rakyat Arab berhak menuntut kebebasan,
keadilan dan kehidupan yang layak.” Mereka menekankan bahwa revolusi ditujukan
pada para penguasa mereka yang tiran dan diktator.
Dalam pernyataan
penutupnya, “Pertemuan Ulama” ini menegaskan bahwa “Di depan fakta yang telah
dilalui oleh beberapa negara Arab dan Islam, di mana masyarakat bergerak
menuntut kebebasan, keadilan dan kehidupan yang layak, yang menjadi haknya; di
depan penindasan dan perbudakan oleh para penguasa tirani yang tidak peduli
dengan kehidupan rakyatnya; di depan sungai darah yang mengalir di jalanan
kota-kota Arab dan gang-gangnya, terutama di Suriah dan Yaman; di depan
pelanggaran yang telanjang atas martabat rakyat dan kehormatan perempuan; dan
tentang apa yang terjadi di beberapa negara Arab dan Islam, khususnya di
Suriah, tetangga dan sekaligus saudara, maka para ulama Lebanon bertemu dan
mengkaji segala sesuatu yang akan membebaskan mereka di sisi Allah dan di hadapan
orang-orang yang tertindas melalui penyampaian testimoni kebenaran, serta
pemberian pertolongan dan dukungan terhadap mereka.”
“Pernyataan” juga
menekankan bahwa “Revolusi rakyat Arab yang menyerukan pada kebebasan, keadilan
dan kehidupan yang layak, serta penolakan terhadap ketidakadilan dan tirani,
maka semua itu adalah hak legal, yang ditetapkan oleh konstitusi langit
(bersumber dari Allah), dan undang-undang hak asasi manusia. Bahkan, hal itu
merupakan terbesar, sebagaimana hadits Rasulullah Saw: “Pemimpin para
syuhada’ adalah Hamzah, dan seseorang yang mendatangi imam (penguasa) zalim,
lalu ia menyuruhnya (berbuat adil) dan melarangnya (berbuat zalim). Kemudian
penguasa itu membunuhnya.”
“Pertemuan” itu
mengatakan bahwa “Apa yang dilakukan oleh para rezim penguasa, khususnya di
Suriah, yang menggunakan kekuatan secara berlebihan terhadap para demonstran
damai, penangkapan sewenang-wenang terhadap anak-anak dan perempuan,
pembantaian dengan brutal, dan pembunuhan yang tidak dibenarkan terhadap para
tahanan, maka semua itu adalah pembantaian terhadap kemanusiaan, sehingga harus
diadili mereka yang bertanggung jawab.”
Dan “pernyataan”
menolak berlangsungnya aksi penyerangan terhadap kesucian rumah-rumah Allah,
seperti yang terjadi dalam pemboman beberapa masjid di Homs, Dara’a dan Deir
al-Zour, atau dalam pengepungannya, serta penyerangan terhadap orang-orang yang
hendak mendatanginya. Semua ini menunjukkan kekejaman dan kebrutalan dari rezim
yang tidak memberikan bahkan kesempatan untuk beribadah dari cengkeramanyang
yang otoriter dan zalim ini, yang tidak pernah dilakukan bahkan oleh binatang
sekalipun.
“Pernyataan” itu juga
menyerukan pada “Para penguasa rezim ini agar segera mundur dan menghentikan
pembantaian terhadap rakyat, dengan mengambil pelajaran dari setiap penguasa
zalim yang berakhir dengan tragis.” Para ulama menegaskan seruannya terhadap
rakyat “agar terus melakukan aksi-aksinya dengan damai, sabar dan teguh, serta
menolak terhadap setiap intervensi asing yang ingin mencuri hasil dari revolusinya.”
Para ulama juga
menyerukan bangsa Arab untuk mempertahankan internal persatuan mereka dalam
menghadapi setiap rencana yang ingin menabur perselisihan dan fitnah untuk
memotong jalan dari mencapai tujuan mereka, yaitu kebebasan, keadilan dan
kehidupan yang layak (islamtoday.net, 23/10/2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar