I made this widget at MyFlashFetish.com.

Khilafah

Gempita Konferensi Rajab 1432 H

Selasa, 22 Juni 2010

Selamat Tinggal PKS, Selamat Tinggal Partai Dakwah, Selamat Tinggal Partai Islam !!!



Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, kita memujiNya, minta tolong padaNya, mohon ampun padaNya dan bertaubat hanya padaNya. Shalawat dan salam untuk qudwah kita Muhammad Rasulullah shallalLahu 'alaihi wassalam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang setia kepadanya hingga hari kiamat.

26 Oktober 2005, ketika saya memulai blog PKSWatch untuk pertama kalinya, didasari dengan sebuah rasa keprihatinan atas sepak terjang gerakan dakwah yang saya cintai, yang saya lihat mulai keluar dari rel dan celakanya tidak banyak disadari oleh para penghuninya. Ada total 83 tulisan dan ribuan komentar dari para pembaca, hingga saya memutuskan untuk membekukannya pada tangga 25 Desember 2006, ketika hit blog sedang tinggi-tingginya.

Ketika saya mulai pertama kali, saya menggunakan nada tulisan yang keras terutama pada 2-3 bulan pertama, dengan maksud untuk menyentak pemikiran, tapi saya salah karena yang terjadi malah sikap antipati yang berlebihan meskipun setelah berjalan beberapa bulan nada tulisan sudah jauh berubah. Namun demikian beberapa tulisan yang keras tersebut tetap ada sehingga pembaca yang baru mengikuti cenderung untuk bersikap antipatif pula. Selain itu kebijakan sensor komentar juga sangat liberal, sehingga suasana diskusi terkadang sangat panas. Atas beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk membekukan blog itu (blog PKSwatch_red) terlebih dahulu.

Dalam perjalanannya, periode di atas itu saya sebut blog PKSWatch versi 1.

Pertengahan 2007, beberapa ikhwah kader di Jakarta menghubungi saya, menasehati dan meminta saya untuk mengaktifkan lagi blog PKSWatch sebagai sarana kontrol kepada jama'ah. Akhirnya tanggal 12 November 2007, saya mulai kembali blog PKSWatch (versi 2). Dengan tulisan yang lebih kuat pada referensi ilmiah, dalam perjalanannya ada 77 tulisan dengan total ribuan komentar pembaca hingga tanggal 9 Juni 2009. Sebagian tulisan tersebut dibuat oleh asatidz yang juga prihatin terhadap PKS, ada tulisan mereka yang memang sudah tersedia di ranah publik, ada pula tulisan yang memang baru dimuat di blog PKSWatch.

Kemudian sempat vakum karena saya sempat merasa amat "mual" melihat polah politik PKS pada waktu itu, terutama menjelang pemilu presiden 2009. Sampai kemudian saya mulai lagi pada tanggal 17 Desember 2009. Kali ini hanya ada tiga tulisan hingga saya membuat tulisan ini. Mood saya untuk menulis tidak seperti dulu lagi, mungkin karena sudah malas melihat PKS semakin jauh dari yang saya bayangkan, dari rel yang semestinya PKS berada di atasnya.

Padahal sangat banyak data dan informasi masuk kepada saya, sebagian lengkap dengan bukti-bukti, yang bisa saya gunakan untuk membuat tulisan, tapi saya sudah seperti kehilangan minat kepada PKS. Dulu, saya membuat blog ini karena saya yakin bahwa PKS bisa tetap dijaga agar tetap berada di atas relnya.

Banyak ikhwah yang mengakui bahwa mereka tersadarkan oleh keberadaan blog ini (blog PKSwatch_red), tapi juga banyak yang jengkel dan tidak setuju dengan blog ini (blog PKSwatch_red), lalu meminta saya untuk menghentikan blog ini. Kepada mereka, saya menjawab bahwa saya akan menghentikan blog ini (blog PKSwatch_red) kalau ada satu dari dua kondisi sudah tercapai, yaitu:
- Pertama, PKS kembali lurus minimal seperti di masa awal-awal pendirian PK, atau
- Kedua, PKS sudah rusak parah, atau sudah bukan menjadi partai Islam lagi.

Karena saya tidak memiliki kepentingan ekonomi apapun dari blog ini. Motivasi saya murni karena mencintai sebuah jama'ah dakwah, yang cukup berjasa dalam memberikan pemahaman Islam kepada saya. Ketika saya melihat PKS sudah mulai keluar rel, saya coba ingatkan sebisa saya, secara publik tanpa membongkar hal-hal rahasia, semacam melakukan debunking terhadap PKS.

Dulu ada yang bertanya, mengapa saya tidak membuat juga PDIPWatch, GolkarWatch, dan seterusnya, mengapa hanya PKS? Jawaban saya, karena PKS berbeda. PKS (dulu) adalah sebuah jama'ah dakwah, bukan hanya partai politik. Saya kritisi, karena saya sayang pada jama'ah dakwahnya, bukan karena ke-parpol-annya. Yang lain saya sama sekali tidak berminat, karena sama saja, partai yang berorientasi kekuasaan dan materi. PKS, sempat sangat saya khawatirkan akan menjadi seperti itu juga, karena itulah saya mencoba menjaga sebisa saya.

Tapi hari ini, baru saja munas PKS berakhir. Sejak dari pemilihan tempat di hotel super mewah (Hotel Ritz Carlton_red), sudah jelas PKS mengumumkan untuk perubahan citra, dan kemudian semakin dikukuhkan dengan berbagai manuver yang telanjang diperlihatkan kepada masyarakat.
Sekjen PKS Anis Matta mengatakan bahwa mereka ingin keluar dari tema-tema sempit, dalam rangka mengubah citra Islamis, dengan jargon "PKS Untuk Semua". Ini bukan pertama kalinya diungkap oleh Anis Matta, PKSOnline tanggal 23 Januari 2009 juga mencatat pernyataan semacam ini dari Anis Matta, bahwa era politik aliran sudah berakhir. Lalu diperkuat lagi dengan pernyataan wakil Sekjen Zulkiflimansyah pada tanggal 30 Januari 2009, bahwa syariat Islam itu sudah agenda masa lalu.

Jadi misi-misi dakwah seperti pemurnian akidah tauhid, penegakan nilai syari'ah, adalah hal-hal yang sudah tidak relevan lagi buat PKS dan dianggap sebagai tema yang sempit. Nastaghfirullah, padahal tidaklah Allah Ta'ala mengutus para nabi dan rasul kecuali untuk tugas-tugas ini, tapi ternyata itu ditegaskan sebagai hal yang tidak relevan lagi oleh PKS.

Lalu dalam Munas 2010 (berakhir kemaren tgl 20 Juni 2010_red) hal ini lebih ditegaskan lagi, sampai kepada masalah teknis seperti pengurus dari daerah hingga pusat yang tidak perlu berikrar syahadat lagi sehingga bisa diduduki oleh kalangan non muslim. Jelas ini sudah menyimpang sangat jauh.

Tujuannya sudah jelas, ingin mengubah diri menjadi partai "aliran tengah", terbuka dan nasionalis. Hal ini dalam koridor hukum di Indonesia sah-sah saja. Tapi saya jadi merasa tertipu, karena dulu saya mendukung dan mencintai PKS karena adanya tujuan penegakan nilai-nilai Islam di Indonesia melalui koridor konstitusional, meskipun dengan cara yang lambat karena harus dibarengi dengan dakwah kepada masyarakat, bahwa masyarakat yang memilih PKS memang karena mereka menyadari pentingnya sebuah wasilah dakwah di ranah politik.

Ternyata sebagian oknum pimpinan tidak sabar dengan lambatnya pencapaian ini, lalu dakwah dikuantifikasi menjadi perolehan angka-angka kursi. Padahal dalam hadits sudah dijelaskan, bahwa di hari kiamat nanti ada nabi yang datang dengan banyak pengikut, ada yang nabi yang datang dengan sedikit pengikut, ada pula nabi yang datang tanpa pengikut. Kalahkah mereka? Tentu saja tidak, karena tugas dakwah adalah tugas mulia, di mana manusia hanya dibebankan untuk menyampaikan secara hikmah dengan koridor dakwah yang sudah digariskan di dalam Islam, sementara hasilnya itu urusan Allah semata.

Karena tidak sabar ingin menjadi besar, maka citra partai harus diubah "ke tengah", agar tidak lagi terkesan sebagai partai Islam. Lalu kalau sekarang menjadi partai tengah atau nasionalis atau terbuka, lantas apa bedanya dengan PDIP, PD atau Golkar? Sudah sama saja. Toh mayoritas di partai-partai itu juga umat Islam, saudara seakidah juga. Toh juga ada ustadz dan kyai di partai-partai itu. Kalau untuk Indonesia yang lebih baik, maka semua partai juga memiliki slogan itu. Kalau alasannya nasionalis religius, maka partai-partai lainpun begitu juga. Dengan demikian, jelaslah sudah.

Ya, dengan begini lebih jelas dan enak. PKS adalah partai terbuka, sementara saya mengkritisi PKS karena mencintainya sebagai gerakan dakwah. Setelah menjadi partai terbuka dan meninggalkan tujuan-tujuan dakwah, maka hilangnya "illat" atau alasan saya untuk mengkritisi PKS lagi.

Dari dua poin yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa saya akan menghentikan blog ini (blog PKSwatch_red) kalau PKS kembali lurus atau sudah rusak parah, maka point kedua sudah terjadi. Inilah sebabnya saya buat tulisan ini, ini sebabnya saya kemudian memutuskan untuk menutup blog ini (blog PKSwatch_red) secara permanen, bukan dalam rangka pembekuan sementara.

Untuk ikhwah yang merasa mendapatkan ilmu dan manfaat dari blog ini (blog PKSwatch_red), saya katakan bahwa kalau itu memang ilmu yang benar, maka itu datangnya semata dari Allah Ta'ala. Kalau salah, maka itu datang dari kelemahan saya. Semoga Allah mengampuni saya dan kita semua.

Untuk ikhwah (dan pengurus PKS) yang merasa jengkel dengan keberadaan blog ini, setulusnya saya mohon maaf. Tidak ada sedikitpun niat saya kecuali untuk menjaga jama'ah tetap berada pada rel dakwah, dan hari ini sudah ditegaskan bahwa PKS bukan lagi partai dakwah. Jadi kalaupun harus dakwah, tidak ada alasan lagi buat saya untuk memperhatikan PKS secara khusus seperti selama ini.

Untuk ikhwah yang selama ini sudah mengenal saya secara langsung, maka hubungan ukhuwah kita tidak akan putus kecuali Allah menghendaki demikian. Untuk yang belum mengenal saya secara langsung, mudah-mudahan suatu saat Allah mempertemukan kita. Tidak ada niat saya untuk bersembunyi secara pengecut, tapi semata karena saya orang yang lemah, yang mudah terganggu keikhalasan hatinya kalau diri ini terpublikasi secara luas.

Kepada para asatidz dan ikhwah yang selama ini sudah menjaga saya, menasehati saya, mengkritisi saya kalau saya keliru, semoga Allah Ta'ala membalas Anda semua dengan kebaikan.

Kepada semua ikhwah, jangan patah arang, jangan putus asa untuk berdakwah, anggaplah perilaku PKS saat ini sebuah ujian bagi sebuah gerakan dakwah. Sebuah ujian yang sudah ratusan mungkin ribuan kali ditimpakan kepada sebuah kaum, ada yang selamat tapi lebih banyak yang gugur, karena ujian dalam bentuk kenikmatan duniawi (seperti yang menimpa PKS sekarang) memang lebih berat daripada ujian berupa kesulitan. Dakwah tetap harus jalan dengan atau tanpa PKS. Masih banyak wasilah dakwah yang lain.

Sedikit curhat, saya sempat sedih seminggu belakangan ini, perasaan saya seperti kehilangan, mirip waktu almarhum bapak saya wafat (meskipun tidak sesedih itu). Ya, sedih karena kehilangan wasilah dakwah yang saya cintai dan saya harapkan selama ini. Lalu sudah menjadi qadarullah, beberapa hari yang lalu, saya menghadiri sebuah halaqoh yang diisi oleh ustadz Abdullah Gymnastiar. Paparan beliau mengenai dakwah, tauhid dan keikhlasan hati sungguh menyentuh, membuat saya menangis (tentunya setengah mati saya tahan karena malu terlihat yang lain). Intinya, saya bisa melihat kesalahan terbesar saya selama ini, bahwa saya berharap pada PKS. Ini sudah salah. Saya hanya boleh berharap kepada Allah Ta'ala semata. Hanya Allah yang tidak akan mengecewakan kita.


Kini, alhamdulillah, saya mulai bisa melepaskan PKS dari hati saya, dari pikiran saya, dan saya malah merasa plong. Selamat tinggal PKS. Pembicaraan dan pikiran mengenai PKS sudah sama sekali tidak menarik minat saya lagi, sudah sama seperti ketika membicarakan partai-partai politik yang lain. Dengan hati yang yakin, mantap dan ringan, dengan menyebut asma Allah Ta'ala, saya menyatakan menutup blog ini.

Singapura, 7 Rajab 1431 Hijriyah, 21 Juni 2010, 00:30.
DOS
(artikel ini diambil dari http://www.PKSwatch.blogspot.com/,yang ditulis oleh DOS, dengan judul Selamat Tinggal PKS dan PKSWatch)

Sabtu, 05 Juni 2010

HUBUNGAN PAJAK AMERIKA DENGAN PEMBANTAIAN DI GAZA

Solusi Palestina Berharap Kepada PBB & OKI, Indonesia Tidak Pernah Belajar Dari Fakta (Mengkritisi Statemen SBY)


Oleh:Lajnah Siyasiyah DPP-HTI

Penyerangan brutal militer Israel terhadap kapal kemanusiaan Mavi Marmara yang menewaskan lebih dari puluhan orang mendapat reaksi dari seluruh dunia. Seluruh dunia mengutuk dan mengecam penyerbuan itu. Nikaragua bersikap dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Turki menarik dubesnya dari Tel Aviv. Sebagian besar pejabat dari seluruh negara mengecam serangan itu.

Tak terkecuali pemerintah Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan kepada para wartawan di Istana Negara selasa 2/6/10: “Saudara-saudara, langkah diplomasi kita ke depan adalah kita mendesak PBB to take action yang pasti, firmed, tegas, terhadap insiden ini. Indonesia juga akan menggalang dukungan internasional untuk menghentikan permukiman baru di Gaza yang justru menimbulkan permasalahan baru,” ujar Presiden kepada para wartawan.

Selain itu, kata Presiden, Indonesia juga mendorong negara-negara lain untuk meminta Israel menghentikan segala aktivitas militernya dan kembali ke perundingan yang pada intinya bertujuan memberikan kemerdekaan kepada Palestina. “Indonesia siap untuk terlibat aktif dalam perundingan bagi kemerdekaan Palestina,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, jika perundingan berjalan konklusif, Indonesia siap terlibat dalam peace-keeping mission di Palestina. Sebagai salah satu pemimpin dunia, Presiden menyerukan kepada pemimpin dunia lainnya, termasuk Sekjen PBB, agar serius dalam menangani persoalan di Palestina. “Sebab, Indonesia punya pendapat bahwa perdamaian dunia dipengaruhi situasi politik di Timur Tengah, utamanya di Palestina,” katanya (Kompas.com, 2/6/10).

Dino Patti Djalal Juru Bicara Kepresidenan Bidang Hubungan Luar Negeri dalam konferensi pers (1/6/10), menuturkan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan sidang darurat untuk membahas masalah penyerangan Israel terhadap konvoi kapal kemanusiaan yang membawa 10.000 barang bantuan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza. Dewan Keamanan PBB pun telah mengeluarkan pernyataan mengutuk aksi Israel yang menelan korban setidaknya 10 korban jiwa dan banyak lagi yang cedera. “Dewan Keamanan PBB menyerukan adanya penyelidikan, investigasi langsung,” ujarnya.

Menurut Dino, Presiden Yudhoyono merasa cukup puas dengan adanya seruan Dewan Keamanan PBB tersebut dan menyerukan agar para sukarelawan dan kapal-kapal kemanusiaan yang ditahan Israel segera dibebaskan. Dino menjelaskan, Dewan Hak Asasi Manusia PBB juga telah setuju mengadakan debat mendesak atau urgent debate guna membahas serangan Israel terhadap konvoi kapal kemanusiaan di perairan internasional.

“Urgent debate ini selain didorong oleh Indonesia yang diwakili oleh Dubes PBB di Jenewa juga didukung oleh Mesir dan negara-negara anggota OKI,” ujarnya. Debat darurat yang diselenggarakan pada hari Selasa pukul 15.00 waktu Jenewa atau Selasa malam WIB itu akan mendorong diadakannya resolusi dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB mengenai serangan Israel.

Terkait serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan itu, Indonesia sebagai Wakil Ketua Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendorong Dewan HAM mengeluarkan resolusi yang tepat. Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan pernyataan yang keras terkait penyerangan militer itu.

Tidak Boleh Bergeser dari Masalah Utama

Semua pihak ramai-ramai menyerukan pembebasan semua aktifis kemanusiaan yang ditahan oleh Israel. Pemerintah Indonesia yang dua orang dari 12 orang yang ikut dalam aksi kemanusiaan itu tertembak dan sisanya ditahan juga memfokuskan perhatian untuk memulangkan mereka. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tengah mempertimbangkan untuk membentuk satuan tugas guna memperkuat Kedubes RI di Amman, Jordania, dalam usaha penyelamatan 12 warga negara Indonesia yang ditahan Pemerintah Israel.

Upaya menyelematkan pada aktifis kemanusiaan itu adalah sesuatu yang sangat penting. Semua pihak harus berupaya sekuat tenaga untuk itu. Namun upaya itu atau masalah tahanan tidak boleh berubah justru menjadi masalah utama dalam konteks ini. Masalah itu sampainya bantuan kemanusiaan ke penduduk Gaza tidak boleh terabaikan dan justru dimanfaatkan oleh Israel. Begitu pula masalah itu tidak boleh menutupi masalah serbuan brutal itu sendiri dan tindakan tegas yang harus dijatuhkan terhadap Israel.

Masalah yang harus menjadi fokus adalah tindakan apa yang harus dilakukan terhadap entitas Zionis Israel. Upaya yag dilakukan saat ini oleh berbagai pemerinta termasuk pemerintah negeri ini adalah meminta DK PBB untuk mengambil tindakan meminjam ucapan Presiden adalah tindakan yang pasti, firmed, tegas, terhadap insiden ini. Juga menuntut dilakukannya investigasi menyeluruh, langsung dan kredibel. Dan DK PBB seperti diungkapkan Dino Patti Djalal dalam konferensi pers diatas juga menyerukan dilakukannya investigasi langsung. Selanjutnya banya pihak menuntut agar DK PBB memproses dan mengeluarkan resolusi dan menjatuhkan sanksi terhadap entitas Zionis Israel. Efektifkah semua itu?

Belajar dari Pengalaman

Sejarah memberikan pelajaran berharga kepada kita. Keluarnya resolusi PBB ditentukan oleh sikap negara pemilik hak Veto terutama AS. Selama ini banyak resolusi terhadap Israel yang kandas karena diveto AS termasuk resolusi terhadap Israel atas invasi ke Gaza yang menewaskan lebih dari 1300 orang termasuk banyak diantaranya wanita, anak-anak dan orang tua. Sementara dalam kontek kejahatan yang sekarang, AS yang merupakan konco akrab Israel itu hanya mengeluarkan pernyataan basa-basi mengutuknya dan mengecam Israel dengan nada halus. Tercatat sejak tahun 1972 sampai tahun 2009, sudah lebih dari 68 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi israel di palestina diveto amerika. Ini belum termasuk resolusi setelah tahun tersebut plus resolusi terakhir saat israel melancarkan agresinya di gaza. Jadi kembali menyerahkan dan mengharap PBB mengeluarkan resolusi atas kejahatan Israel termasuk di dalamnya tindakan tegas, maka itu adalah sia-sia dan seakan main-main saja, selama AS masih terus mengangkangi keputusan PBB dengan hak vetonya.

Bahkan jika pun resolusi itu berhasil dikeluarkan oleh PBB, apakah akan efektif menindak Israel atas kejahatannya itu? Lagi-lagi sejarah menunjukkan bahwa resolusi PBB itu seakan hanya efektif diberlakukan terhadap negeri-negeri islam namun melempem dan tumbul terhadap Israel. Sejak berdirinya Israel sudah melanggar lebih dari 85 resolusi PBB, namun tidak ada satuun tindakan tegas dijatuhkan terhadap Israel. Maka lagi-lagi sejarah dengan gamblang mengatakan resolusi PBB tidak akan berart apa-apa. Karena itu menggantungkan tindakan tegas dan hukuman terhadap Israel kepada PBB dengan resolusinya adalah sia-sia. Kenyataan itu sudah diketahui oleh semua orang. Para penguasa dan politisi pasti sangat mengetahui kenyataan itu. Lalu kenapa sesuatu yang sudah jelas tidak efktif itu masih saja diupayakan dan dijadikan sandaran harapan?

Hal yang sama ketika mengharapkan dilakukannya investigasi independen dan kredibel terhadap serbuan Israel atas kapal kemanusiaan itu. Pertanyaannya, akankah itu bisa melahirkan tindakan tegas terhadap Israel? Perlu diingat tahun 2009 lalu terjadi invasi Gaza oleh Israel, invasi yang lebih brutal menewaskan lebih dari 1400 orang dan banyak diantaranya wanita, anak-anak dan orang tua, dan melukai lebih dari 5000 orang. Setelah itu dilakukan investigasi oleh sebuah komite yang diketuai oleh Goldstones dan menghasilkan laporan dan rekomendasi yang dikenal Goldstone Report. Goldstone Report benar-benar membuktikan Israel melakukan pembunuhan dan pemerkosaan terhadap korban-korban yang tak bersalah. Namun toh laporan itu ditolak oleh pemerintah Amerika dan dicegah untuk diajukan ke Dewan Keamanan PBB dan Pengadilan Internasional. Akhirnya investigasi dan laporan itupun menjadi lembaran kertas tidak berguna. Maka sejarah kembali mengatakan dengan keras dan tegas bahwa investigasi meski dilakukan atas perintah DK PBB sekalipun tidak akan melahirkan tindakan tegas terhadap Israel. Hasilnya pun sering kali kandas dan jika pun keluar maka tidak akan digubris oleh Israel. Pasalnya puluhan resolusi PBB yang sifatnya lebih mengikat dan lebih kuat saja dilanggar dan tak digubris oleh Israel apalagi semua rekomendasi dan keputusan yang lebih rendah dan lebih lemah. Lagi-lagi jalan ini hanyalah sia-sia.

Sama sia-sianya menyeru negara-negara OKI untuk berkumpul dan mengambil tindakan terhadap Israel. Pada juli 2006 resolusi 57 negara anggota OKI kepada PBB tentang kecaman terhadap yahudi israel yang disetujui oleh DK PBB, diveto oleh AS. Artinya 57 negara menghadapi satu negara AS pun tidak mampu. Negara-negara OKI bukanya tidak memiliki kekuatan riil atau kekuatan militer yang cukup untuk menindak Israel. Namun yang ada adalah tidak adanya kemauan untuk menggunakan kekuatan itu dalam menindak Israel. Paling banter yang bisa dihasilkan oleh OKI hanyalah kecaman dan kutukan, tidak lebih. Tentu saja semuanya akan tak digubris oleh Israel. Begitu pula segala upaya diplomasi melalui lembaga-lembaga lainnya.

Sejarah puluhan tahun telah membuktikan, segala upaya diplomasi selalu gagal dalam menindak dan menghukum Israel. Serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan dan aktifis di atasnya membuktikan bahwa Israel sama sekali tidak mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga menunjukkan bahwa satu-satunya bahasa yang dipahami oleh Israel adalah bahasa perang. Karenanya hanya bahasa perang sajalah yang akan bisa diperhatikan oleh Israel.

Maka jalan satu-satunya untuk menindak tegas Israel adalah dengan memobilisasi tentara dan senjata untuk mengepung Israel dan menghancurkannya serta menghukum para pemimpin dan siapa saja yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap kaum muslim khususnya penduduk Palestina. Negeri-negeri Islam sejatinya memiliki kekuatan militer dan persenjataan yang lebih dari mencukupi untuk melakukan itu. Yang belum ada di negeri kaum muslim adalah seorang penguasa mukhlis yang mau memobilisasi militer dan persenjataannya untuk melakukan itu. Karena itu kaum muslim harus berjuang keras mewujudkan pemimpin mukhlis itu yaitu dengan membaiat seorang khalifah yang rasyid dan mukhlis. Khalifah akan menggerakkan tentara dan memobilisasi persenjataan dalam rangka jihad membela islam dan kaum muslim, membela penduduk Palestina dan siapapun dari kekejaman dan kebrutalan Israel dan mencabutnya entitas zionis itu sejak dari akarnya.(LS)