I made this widget at MyFlashFetish.com.

Khilafah

Gempita Konferensi Rajab 1432 H

Sabtu, 26 Maret 2011

Pengamat : Isu Dewan Revolusi Islam Bikinan Rezim SBY

Jakarta (voa-islam.com) - Ironis, forum lintas agama yang cenderung moderat dan ormas Islam pun meragukan SBY yang ultraliberal dan pembohong. Banting setir, Islam bertubi-tubi jadi kambing hitam menutup kebohongan SBY, bahkan timbul wacana Dewan Revolusi islam. Ada kejanggalan nampaknya?

Adhie Massardi menilai ada skenario jahat untuk memecah belah kelompok kritis yang semakin menguat dalam menentang rezim Yudhoyono. Hal ini dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan menyebar fitnah dalam bentuk berita, seperti yang dilakukan Al Jazeera yang menuduh ada segelintir purnawirawan TNI akan melakukan kudeta dengan membentuk Dewan Revolusi Islam.

Jurubicara Presiden era Abdurahman Wahid ini menambahkan, terlepas benar atau tidak pemberitaan itu, ada hal yang patut digarisbawahi, bahwa pemberitaan ini semakin menegaskan, bahwa SBY sudah tidak mendapat tempat lagi di hati kaum muslimin.

"Situasi sudah buruk. Islam garis keras tidak suka, yang lebih moderat (komunitas lintas agama) juga bilang ada kebohongan yang dilakukan SBY," tegas Adhi Massardi

Menurutnya ada kejanggalan dalam susunan kabinet Dewan Revolusi Islam (DRI). Seolah ada koalisi antara kelompok Islam garis keras Habib Rizieq Sihab (Kepala Negara), Abu Jibril (Wakil Kepala Negara) dengan TNI (Jenderal Purnawirawan Tyasno Sudarto sebagai Menko Polkam) dan kelompok civil society anti-neolib seperti Hendri Saparini (Menko Ekuin), Ichsanuddin Noorsy (Menkeu)," lanjut Adhie.

Bagusnya, lanjut Adhie, nama-nama yang disebut dalam susunan kabinet versi DRI itu sudah membantah.

Rezim SBY di Belakang Berita Dewan Revolusi Islam Untuk Revisi UU Intelijen

Sebelumnya, dalam laporan koresponden Al Jazeera, Step Vassen, yang ditayangkan Selasa malam, 22 Maret 2011, media asal Qatar ini mengungkapkan, gerakan sejumlah jenderal purnawirawan senior mendukung kelompok-kelompok Islam garis keras untuk menjatuhkan sang Presiden.Seperti dikutip dari RM online, rezim penguasa berada dibelakang berita Al Jazeera, mengenai sejumlah purnawirawan TNI, yang katanya hendak menggulingkan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dan membentuk Dewan Revolusi Islam, ujar Direktur Sabang Merauke Circle Syahganda Nainggolan

"Jadi kelihatannya ini bagian dari provokasi yang dilakukan rezim melalui Al Jazerra," ujar mantan aktivis ITB ini.

Masih kata Syahganda, efek lanjutan, diharapkan rezim memiliki alasan untuk secepatnya melakukan pre emptive strike terhadap kaum-kaum yang mengritik rezim.

Lebih kongkret, langkah pre emptive strikes dijewantahkan melalui revisi UU Intelijen.

"Pemerintah mengharapkan revisi UU Intelijen. Jadi intel bisa langsung memangkap orang-orang yang mengganggu stabilitas keamanan nasional. Apalagi kita kan tidak punya UU Subversif" jelasnya

Artinya, revisi UU Intelijen adalah target lain yang dikejar rezim SBY, selain tujuan utama, yakni pengalihan isu agar masyarakat semakin jauh dari isu-isu politik sebenarnya.

Ohh... teganya, teganya, teganya..... [RM-online/voa-islam.com/d5vn2]

Menggugat Jalan Demokrasi !




Pergolakan Di Timur Tengah Menunjukkan Kegagalan Jalan Demokrasi Untuk Melakukan Perubahan yang Substansial

Klaim sebagian pihak yang menyatakan pergolakan di Timur Tengah merupakan kemenangan demokrasi, sangat patut dipertanyakan. Yang terjadi sebenarnya adalah hal yang natural. Pemerintah diktator yang bertindak represif dan gagal menyejahterakan rakyatnya, sekuat apa pun akan tumbang. Dalam kondisi seperti ini, yang penting bagi rakyat adalah turunnya penguasa diktator. Artinya, bisa jadi rakyat tidak begitu peduli apakah itu demokrasi atau tidak!

Sebaliknya, perubahan yang terjadi di Timur Tengah saat ini justru dilakukan bukan dengan jalan demokrasi, tapi gerakan rakyat di luar parlemen (ekstra parlemen). Selama ini, ada semacam racun pemikiran yang terus ditebarkan di tengah umat Islam, kalau ingin merubah harus masuk parlemen , harus bergabung dalam ritual demokrasi. Gejolak Timur Tengah secara nyata membantah pandangan ini.

Disamping tidak efektif untuk membuat perubahan yang substansial , ritual demokrasi ini mengandung banyak persoalan. Yang mendasar adalah adalah bahaya ideologis. Demokrasi dengan pilar utamanya kedaulatan rakyat (as siyadah lil sya’bi) , telah menjadikan sumber hukum adalah akal dan hawa nafsu manusia atas nama rakyat.

Hal ini sangat-sangat bertentangan dengan prinsip utama aqidah Islam berupa kedaulatan di tangan Allah SWT (as-siyadah lil syar’i). Karenanya, yang menentukan yang hak dan yang batil adalah syariat Islam yang sumber hukum utama Al Qur’an dan as Sunnah. Islam dengan tegas menyatakan hak membuat hukum ada di tangan Allah SWT : inil hukmu illa lillah(QS Yusuf : 40). Dalam tafsir al Baghawi dijelaskan al hukmu itu berupa peradilan, syariat , hukum (al qodhou), perintah (al amru) dan larangan (an nahyu).

Tidak berhukum pada hukum Allah SWT dengan tegas dinyatakan sebagai bentuk kekufuran. Firman Allah SWT : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (QS Al Maidah : 44).

Tidak mengherankan kalau partai-partai yang mengklaim Islam, saat bergabung dengan ritual sekuler ini mengalami distorsi ideologis. Bahkan cendrung menjadi pragmatis, karena hanya berpikir bagaimana meraih suara terbanyak dengan berbagai cara. Alih-alih merubah, kehadiran mereka justru menjadi legitimasi sistem kufur yang memperpanjang usia sistem yang rusak ini.

Demokrasi juga menjadi alat untuk memperkuat intervensi asing lewat tokoh dan parpol yang didukung Barat, menimbulkan suasana konflik masyarakat, internal parpol, antar parpol. Pemerintah dan elit politik yang terpilih juga tidak pernah fokus mengurus rakyat karena sibuk mengurus ‘perpanjangan kekuasaan.

Biaya politik yang besar juga telah menyedot uang rakyat, yang seharusnya bisa digunakan untuk kesejahteraan mereka. Biaya demokrasi yang mahal itu menjadi pintu bagi politik transaksional yang menumbuh suburkan money politic, praktik kolusi, korupsi.

Sayangnya perubahan ekstra parlemen ini baru sebatas keinginan pergantian rezim. Tanpa visi perubahan bisa dibajak oleh berbagai kepentingan. Seperti kepentingan rezim lama yang berganti wajah menjadi pendukung rakyat dan terkesan reformis.

Termasuk rawan dibajak kepentingan asing. Perubahan terjebak pada menjadi alat revitalisasi dominasi negara besar dengan mengangkat rezim baru yang tetap dalam kontrol mereka. Amerika yang selama 30 tahun mendukung rezim Mubarak yang diktator, berubah arah seakan-akan menjadi pembela rakyat Mesir, untuk tetap mempertahankan kepentingannya.

Namun, gerakan people power - apalagi tanpa dukungan ahlul quwwah (kelompok militer)- bisa berujung berujung pada pertumpahan darah , kekacauan, perusakan hak milik umum, konflik horizontal hingga pembantaian sesama umat Islam. Kecendrungan ini terjadi di Libya. Dan jika rakyat tidak berhasil menumbangkan rezim, maka akan membuat penguasa tambah bengis dan paranoid

Karena itu seharusnya kita belajar dari perubahan yang dilakukan oleh Rosulullah SAW. Dengan dasar keimanan Rosulullah memiliki visi yang jelas, yaitu bagaimana agar Islam bisa diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu Rosulullah SAW melakukan dua hal penting berupa penyadaran masyarakat tentang Islam dan mencari dukungan (an nushroh) dari ahlul quwwah berupa pemimpin -pemimpin kabilah. Rosulullah SAW mengajak mereka masuk Islam dan meminta mereka memberikan dukungan kepada kekuasaan Islam.

Lewat upaya yang sungguhnya-sungguh akhirnya, masyarakat Madinah sadar, siap dan rela diatur oleh Islam. Sementara ahlul Quwwah (para pemimpin qabilah dari Aus dan Khazraj) dengan ikhlas dan tanpa syarat menyerahkan kekuasaan kepada Rosulullah SAW dengan mengangkatnya menjadi kepala negara. Inilah yang menjadi kunci kenapa perubahan yang dilakukan Rosulullah SAW meskipun bersifat inqilabiyah (mendasar dan menyeluruh), namun nyaris tanpa pertumpahan darah. Inilah yang harus kita tiru !(Farid Wadjdi)

BIN Akan Intai Facebook & Twitter. Eeaa, Katanya Demokrasi??



Jakarta (voa-islam.com) - Isu kudeta dan wacana BIN yang ingin memantau setiap account Facebook, Twitter dan social media lainnya menghangat akhir-akhir ini. Pemerintah, melalui Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, meski tidak ada kudeta yang didalangi sejumlah jenderal namun pihaknya mendukung BIN dalam menghalau terorisme dan tindakan subversif. Anggapan Para jenderal yang diam-diam mendukung organisasi tertentu untuk menjungkalkan langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari kekuasaannya yang dinilai terlalu hipokrit dan lemah ini tentu bukan ancaman gertak sambal...

Dengan jumlah Account Facebook lebih dari 37 juta orang, dan 10 juta orang yang aktif di Twitter, bahkan Jakarta sebagai kota adi daya (di media online) dengan jumlah pengguna tertinggi di dunia.Bahkan situs Socialbakers.com yang merupakan konsultan "Prefered Developer" dari Facebook merilis grafik kota yang paling banyak mengakses Facebook.



Pemerintah akan melakukan pengintaian secara khusus. Pemerintah & BIN berpendapat langkah mereka ini untuk menekan aksi teror dan tindakan subversif. Bila ada sesuatu yang membahayakan BIN akan mengkoordinasikannya dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Apabila ditemukan setelah ditemukan yang diduga subversif, BIN menyerahkan sepenuhnya kepada Kemenkominfo untuk mengambil langkah selanjutnya. BIN berdalih pada dasarnya FB dan Twitter adalah sarana untuk masyarakat berkomunikasi, tapi tentu mesti disikapi dengan arif karena bisa juga dimanfaatkan pihak tertentu.

Yang membahayakan tentu kita pantau, yang arahnya teror dan subversif tentu kita pantau. Tetapi datanya kita serahkan ke Menkominfo," jelas Kepala BIN Sutanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (22/3/2011).

Berbagai metode pun dilakukan, misalnya agen intelijen membuat profil online palsu sebagai upaya untuk berhubungan dengan tersangka bahkan terkadang masuk ke dalam comment di FB dengan sedikit sentilan dan provokasi macam-macam baik yang secara halus atau bahkan secara frontal. Selain memantau kebiasaan account yang diintai, intelijen akan mencocokkan (Geotagging) pemilik account tersebut apakah benar-benar berada si suatu tempat dengan melihat apakah dia menulis tweet, Myspace, foursquare atau Facebook Places tentang lokasinya pada saat itu.

Lebih ekstrim lagi, yaitu pemerintah AS dan Inggris, mereka juga minta izin untuk mengakses akun seseorang. Dalam dokumen itu, disebutkan bahwa Facebook, MySpace dan Twitter kadang dihubungi untuk membuka suatu akun, meminta beberapa detail user dan password misalnya. Khusus Twitter dinyatakan cukup ketat sebelum mau membuka akun, misalnya meminta surat perintah.

Oalah katanya negara ndemokrasi?? (d5vn2/voa-islam.com)

Sabtu, 19 Maret 2011

Bom Untuk Siapa?



Oleh: Lajnah Siyasiyah -DPP HTI

Tiga buah bom meledak dalam waktu berdekatan Rabu (15/3) kemarin. Satu di kantor Radio 68H, satu untuk BNN dan satu lagi untuk tokoh ormas kepemudaan. Karena target peledakan ini beragam, maka spekulasi apa sebenarnya yang menjadi target dari aksi paket bom tersebut menjadi tidak mudah.Ditengah kisruh isu reshuffle, “serangan ” wikileaks dan lainya menjadi sangat menarik untuk menafsiri apa yang menjadi motif sebenarnya bom-bom itu dikirim.Apa benar seperti komentar sebagian pihak; kalau ini terkait pertarungan kelompok moderat-non moderat, serangan kelompok ekstrimis terhadap kelompok moderat. Ini paket bom yang bormotif politik, atau bahkan lebih jauh (paranoid) mengkaitkan dengan terorisme dan ancaman terhadap NKRI.

Agak ganjil, berita bom yang ditujukan untuk tokoh JIL, Ulil Abshar Abdalla, justru lebih banyak mengisi porsi pemberitaan media massa ketimbang dua bom lainnya. Entah karena unsur jurnalisme-nya, name makes news, atau jangan-jangan karena ingin men-drive opini publik tentang target bom tersebut. Stasiun televisi TVOne, misalnya langsung mengundang godfather ‘war on terror’, Hendropriyono untuk mengomentari kasus bom buku. Kesimpulannya; kelompok militan Islam di balik semua ini.

BNPT, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, lewat lisan Ansyad Mbai juga setali tiga uang. Demikian pula kolega Ulil seperti Usman Hamid. Yang lucu, Partai Demokrat Jafar Hafshah juga ikutan berkomentar kalau aksi ini didalangi oleh terorisme, bukan karena status Ulil sebagai kader Partai Demokrat.

Menariknya lagi, di tengah maraknya tudingan terhadap kelompok Islam ‘garis keras’ sebagai pelaku oleh sejumlah pihak — di antaranya oleh BNPT, Hendropriyono, dan pengurus Parpol Demokrat –Kapolda Metro Jaya justru tidak sependapat. Inspektur Jendral Sutarman, selaku Kapolda, justru keberatan bila ledakan ini dikaitkan dengan terorisme. Menurutnya terlalu sumir untuk menyimpulkan motif dan pelakunya (vivanews.com, 15/3).

Demikian pula psikolog forensik Reza Indragiri Amriel tidak sependapat dengan tudingan terorisme. Ia melihatnya sebagai aksi vandalisme karena beberapa alasan (detiknews.com, 17/3). Di antara alasannya ialah, bomnya low explosive, rakitannya sederhana dan bukan bunuh diri seperti yang lalu-lalu.

Pernyataan sementara Kapolda Metro Jaya cukup menenangkan suasana dan amat logis. Terlalu sumir untuk menyatakan kelompok teroris berada di balik bom-bom ini. Setidaknya ada beberapa alasan untuk bersikap demikian, yaitu;

Pertama, sasaran bom itu beragam. Bukan saja untuk Ulil, tapi juga untuk pimpinan BNN Gories Mere, dan Japto selaku aktifis kepemudaan. Mungkin orang bisa berdalih bahwa Gories Mere berada di belakang operasi ‘war on terrorism’ sehingga menjadi sasaran pemboman, tapi bukankah bom itu dikirim ke BNN yang menangani narkoba? Mengapa bukan ke rumahnya atau ke markas Densus 88? Lalu bagaimana dengan Yapto? Apa relevansinya ia dengan benturan pemikiran Islam ‘garis keras’?

Cara berpikir teroris apapun yang sungguhan - bukan rekayasa - hanya akan menyerang target yang clear; person atau simbol dari musuh-musuh mereka. Bukan dengan serangan sporadis seperti sekarang maupun yang lalu-lalu. Gerakan teroris IRA (Irish Republican Army) misalnya, menyerang person atau lembaga - seperti bank — milik pemerintah Inggris yang memang mereka anggap sebagai penjajah negeri mereka. Atau gerakan teroris-separatis Basque (ETA) di Spanyol, menyerang individu atau tempat-tempat yang mereka anggap sebagai pendukung penjajahan Madrid atas kawasan Basque, seperti membunuh jurnalis atau politisi yang anti gerakan ETA.

Kedua, bila 3 bom lalu dikaitkan dengan benturan Islam ‘garis keras’ dan kaum liberal, ini adalah ‘lebay’. Kenyataannya Ulil sudah lama tidak menyuarakan lagi pemikiran liberal-nya. Dan bila benar ditujukan untuk Ulil karena ke-liberalan-nya, mengapa tidak sedari dulu ia diteror? Seperti pengakuannya kepada sejumlah wartawan, ia tidak pernah mendapatkan ancaman fisik ketika masih menjadi koordinator JIL. Padahal dulu Forum Ulama Umat Islam pernah menyatakan darahnya sudah halal. Justru saat ia berada di sebuah parpol yang kebetulan jadi parpol penguasa, ini terjadi.

Ketiga, bila tujuan bom itu sebagai warning, seperti kata Ulil, maka lagi-lagi tidak masuk logika berpikir teroris. Kelompok teroris manapun di dunia, tidak pernah memberikan serangan awal sebagai warning pada lawan-lawan mereka. Kelompok teroris macam IRA atau ETA biasanya langsung mengeksekusi person atau institusi yang dianggap sebagai lawan mereka.

Keempat, melihat operasi terorisme internasional, biasanya cara mereka mengeksekusi target yang bersifat personal, bukan massa atau lembaga maupun gedung, adalah langsung menyerangnya secara individual, misalnya dengan menembak langsung, baik dari jarak dekat atau dengan sniper, menikam, atau bom bunuh diri atau dengan bom berpengendali jarak jauh, atau meracuninya seperti yang dialami Munir atau mantan intelijen Rusia yang masuk Islam Levitnenko. Mengirimkan paket bom ke kantor dengan sasaran personal, tidaklah lazim karena kemungkinan melesetnya amat besar.

Kasus 3 bom yang dikirim ke rumah atau ke kantor seperti yang terjadi beberapa hari lalu, jauh dari sasaran personal. Bom-bom itu lebih bersifat mengacaukan keamanan belaka, karena toh ternyata low explosive.

Kelima, paket sudah biasa masuk ke “Utan Kayu” maka kenapa untuk kali ini paket bisa diduga Bom dan ada kecurigaan berisi bom?

Jadi untuk siapa dan untuk apa bom-bom itu dikirim? Masih belum jelas. Terlalu berlebihan bila tiga bom itu dipakai untuk mengungkit lagi agenda ‘war on terror’. Apalagi kejadiannya bertepatan dengan kondisi pemerintahan yang tengah carut marut. Penguasa tengah kelimpungan menghadapi hak angket pajak oleh DPR, yang ini juga mengancam perpecahan koalisi yang sudah dibangun. Meski konon tidak bakal terjadi reshuffle kabinet, tapi kondisi setgab justru tengah memanas karena ada upaya mendongkel pengurus setgab.

Pemerintahan SBY juga sudah dibuat panik dengan bocoran kawat diplomatik dari kedubes AS yang ditebar Wikileaks. Tudingan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, korupsi dan memperkaya diri yang dilansir 2 harian Australia dari Wikileaks sempat membuat sejumlah pejabat sibuk melakukan bantahan dimana-mana.

Sementara itu, kalangan oposisi justru cenderung untuk percaya kepada pemberitaan tersebut. Direktur Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum (FH) UGM Zainal Arifin Muchtar, meminta pemerintah SBY menyodorkan bukti bila tudingan Wikileaks itu tidak benar (detiknews.com, 14/3).

Kredibilitas pemerintah di mata rakyat dan pengamat juga terus merosot. Selain kasus hukum kelas kakap yang tidak selesai - mafia pajak, mafia hukum, Bank Century –, ditambah lagi rencana kenaikan BBM non-subsidi. Membuat rakyat semakin sengsara dan tidak percaya lagi atas keberpihakan penguasa kepada mereka. Tidak berlebihan jika sebagian kalangan berpikir, jangan-jangan kasus bom ini adalah pengalih isu, atau setidaknya bisa dimanfaatkan sebagai pengalih isu.

Atau jika ada tanda-tanda ngototnya pihak tertentu untuk membawa kasus paket bom ini kepada espektasi lebih jauh tentang terorisme dan ancamannya terhadap NKRI dan semacamnya, maka makin membuat kita “curiga”. Cara pandang yang “katarak” ini menjadi adanya jejak motif dan konspirasi yang terjadi, dugaanya kalaulah benar yang melakukan kelompok “teroris” maka itu “teroris binaan” dari pihak-pihak tertentu yang selama ini tahu peta dan punya akses kendali di kalangan mereka. Karena faktanya banyak para “combatan” yang sudah dilebur dalam cawan proyek kontra-terorisme, dengan kopensasi “fasilitas” dan reward lainya. Strategi eksekusinya dengan menggunakan variable yang mendukung: adanya judul buku yang menarik, sasaran yang relevan (khususnya Ulil dan Gories), dan ada kasus persidangan ustad ABB dimana saat itu sudah ada warming tentang ancaman untuk orang-orang tertentu (termasuk untuk Gories). Dan teknik deception (pengelabuhan) juga disiapkan, dengan membuat paket bom 3 buah yang satu untuk seorang Yapto. Di sisi lain terkait kasus ustad ABB, ada pengakuan “taubat” yang dikeluarkan oleh Khoirul Gazhali (Kasus CIMB Medan) menjadi tamparan keras bagi Densus 88, hingga terdengar sayup-sayup Densus 88 “mengamuk” di Medan untuk memberi “stick” kepada K Gazhali cs. Artinya kasus bom paket ini, pasti ada target sebenarnya yang diinginkan. Jawabanya; lihat para komentator, lihat kemasan media dan apa yang menjadi sikap pihak terkait. Tentu yang lebih tau adalah dalang di balik paket bom ini.

Seperti kata pepatah, serangan bom ini adalah sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Mengalihkan perhatian publik dan politisi, mengundang simpati kepada kelompok liberal yang pro Ahmadiyah, juga menyudutkan kelompok Islam pro-syariah. Atau terkait dengan kontinuitas proyek WOT (war on terrorism) beserta target di baliknya.

Bukan tidak mungkin, nanti kondisi akan berbalik. Seperti kasus Ahmadiyah di Pandeglang, Banten, publik dan pengamat juga Komnas HAM justru percaya dan bisa membuktikan ada unsur rekayasa di sana. Boleh saja musuh-musuh Islam membuat aneka makar, toh Allah tetap pembuat makar yang terbaik.

“maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,”(QS. An-Nahl: 45).[]

Apa Yang Terjadi di Bahrain, Bukti Penguasa Saling Tolong Menolong Melawan Kaum Muslim

Kantor Penerangan Pusat

Hizbut Tahrir

No : 21/1432 H

Tanggal : 11 Rabiuts Tsani 1432 H/16 Maret 2011 M

Apa Yang Terjadi di Bahrain!

Kembali Membuktikan Para Penguasa Itu Saling Tolong Menolong Melawan Kaum Muslim

Rezim-rezim Teluk, terutama yang ada di sekitar Bahrain, bersegera mengirimkan pasukan bersenjata lengkap untuk menekan para demonstran yang keluar menentang kediktatoran dan kezaliman raja Bahrain dan sekutunya, Perdana Menteri, yang telah mengangkangi kursi kekuasaan sejak lebih dari empat puluh tahun lalu. Para penguasa itu berupaya membenarkan tindakan kejamnya terhadap para demonstran dan pembunuhan mereka, dengan jalan mengangkat ketakutan akan fitnah sektarian (Sunni-Syiah). Juga dengan klaimnya melindungi keamanan nasional yang terancam. Mereka mengumumkan kodisi darurat untuk menjustifikasi tiraninya terhadap kaum Muslim di Bahrain.

Sebelumnya, rezim Asad telah terlibat membela rezim penjahat dan pembunuh, Qaddafi, dengan jalan mengirim pasukan untuk mendukung rezim kriminal dan menghancurkan warga Libya. Ia menduga hal itu dapat menghalangi revolusi menjalar ke Suriah!! Dan sebelumnya, Qaddafi, membela rezim diktator di Tunisia dan membela Ben Ali sang musuh Islam. Qaddafi memuji Ben Ali dan rezimnya seraya mengkambinghitamkan kaum Muslim warga Tunisia! Begitulah, para penguasa itu saling tolong menolong melawan musuh bersama mereka yaitu anak-anak umat Islam ini yang terzalimi dan tertindas!!

Di tengah berbagai peristiwa yang bergerak cepat di kawasan ini, wajib diingatkan hal-hal berikut:

Pertama, realitas umat Islam dari timur hingga barat adalah sama, sejak kaum kafir berhasil menghancurkan Daulah Khilafah pada tahun 1924 M … Mereka membagi tubuh umat menjadi lebih dari lima puluh entitas ilusif. Mereka pisahkan mereka dengan garis-garis batas di atas kertas yang dipaksakan kepada umat dengan kekuatan dan senjata! Kemudian Barat menobatkan penjaga bagi entitas-entitas itu, dengan apa yang mereka namakan penguasa. Kepada para penguasa itu Barat mendelegasikan hal-hal berikut:

1. Tugas memerangi Allah, Rasul-Nya dan kaum Muslim, serta menghukum siapa saja yang menjunjung panji kebenaran dan menyerukan kebenaran, serta berjihad untuk menghilangkan kezaliman dan membebaskan umat dari hegemoni penjajah barat.

2. Tugas menciptakan fitnah di tengah masyarakat untuk menjauhkan mereka dari agamanya dengan memaksakan sistem, undang-undang dan konstitusi. Masyarakat diharuskan berhukum kepada aturan-aturan positip buatan manusia yang diambil dari peradaban barat yang rusak. Juga tugas untuk menghalangi tegaknya Daulah Khilafah dengan segala kekuatan mereka!

Kedua, di tengah revolusi anak-anak umat ini menjadi tampak jelas bagi setiap orang yang memiliki penglihatan, sejauh mana ketakutan yang merayapi ibukota-ibukota barat! Para pemimpin mereka pun menyerukan untuk memikirkan, berkonspirasi, dan mengatur cara memutus siklus, agar bangunan yang telah mereka bangun selama beberapa dekade tidak hancur, dan untuk menghalangi kembalinya Daulah Khilafah ke dunia yang akan mengembalikan kepemimpinan dunia ke tangan umat Islam!!

Ketiga, inisiatif-inisiatif dan reformasi-reformasi yang sengaja dilakukan para penguasa untuk meringankan kebrutalannya terhadap anak-anak umat, tidak sedikitpun akan menyelamatkan mereka. Tetapi semua itu justru menjadi pertanda kejatuhan mereka yang makin dekat! Demikian pula, tindakan keras berdarah dan brutal serta politik bumi hangus di Libya, Yaman dan lainnya, tidak lain ibarat gerakan hewan disembelih yang menunggu nyawanya keluar …

Keempat, Meskipun barat berhasil menghancurkan Daulah Islam, tetapi Barat tidak mampu menghancurkan akidah Islam di dada anak-anak Islam yang baik! Dan inilah anak-anak umat. Mereka tidak mau diam dan tunduk kepada kezaliman orang-orang zalim. Maka revolusipun bertolak dari Tunisia az-Zaytunah, dan dengan cepat menyebar ke Mesir al-Kinanah, lalu Libya, Yaman, Bahrain, bahkan Azerbaijan … dan Revolusi itu sedang berjalan ke seluruh negeri kaum Muslim … Kami memohon kepada Allah agar kemenangan diperuntukkan bagi kaum Muslim …

Sungguh apa yang terjadi itu telah menjelaskan dengan gamblang bahwa umat berada di satu parit, sementara barat dan para penguasa antek berada di parit lain yang berjauhan…

Wahai Kaum Muslim …

Wahai Orang-Orang Yang Melakukan Revolusi …

Wahai Orang-orang yang gagah berani

1. Sungguh pergerakan para penguasa teluk dan Suriah, dan sebelumnya Libya, untuk menolong para penguasa yang lain melawan anak-anak umat ini, menjadi bukti yang jelas dan gamblang bahwa mereka mampu melancarkan aksi militer … Akan tetapi sayangnya bukan untuk menolong dan membebaskan al-Aqsa yang tertawan … Bukan pula untuk menolong dan membebaskan Irak … Melainkan justru untuk membunuh anak-anak umat ini dan mempertahankan singgasana mereka dan membela tuan-tuan mereka di barat!! Maka jangan percaya kepada mereka apapun yang mereka katakan! Jangan percaya kepada pengkhianat, bagaimana pun ia mengklaim memenuhi janji!!

2. Demontrasi-demonstrasi yang penuh kemarahan di Yaman adalah demonstrasi Anda … Demonstrasi-demonstrasi di Libya adalah demonstrasi Anda … Berbagai demonstrasi di Suriah adalah demonstrasi Anda … Berbagai demonstrasi yang terjadi di Aljazair adalah demonstrasi Anda … Berbagai demonstrasi di Uzbekistan adalah demonstrasi Anda …Anda adalah anak-anak umat yang satu. Anda mengimani Rabb yang satu. Nabi Anda satu dan kitab Anda juga satu. Maka jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara … Jadilah layaknya hati seorang laki-laki … Di dalam Shahih Muslim dinyatakan: dari an-Nu’man bin Basyir, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Kaum muslim itu ibarat satu orang laki-laki. Jika matanya sakit maka semua tubuhnya (ikut merasakan) sakit, dan jika kepalanya sakit maka seluruh tubuhnya ikut merasa sakit

Sesungguhnya kami di Hizbut Tahrir:

1. Menyeru umat seluruhnya untuk merapatkan barisan dan bersatu serta menentukan musuh yang sama. Juga agar mengumumkan dengan jelas bahwa revolusi itu adalah satu, panjinya satu yaitu panji Rasulullah, panji Lâ lâ ilâha illâlLâh Muhammad RasûlulLâh, dan bahwa panji-panji selainnya yang dibuat penjajah Barat berdasarkan perjanjian Sykes-Picot adalah panji yang batil dan tertolak …

2. Kami menyeru ahlul quwwah wa al-man’ah di antara para perwira dan komandan militer, bahwa telah tiba waktunya berpihak kepada umat dalam peperangannya, sehingga mereka menyatukan tangan dengan tangan saudara-saudara mereka kaum Muslim yang mukhlis untuk berjuang bersama mencampakkan para penguasa pelayan barat, dan membaiat seorang Khalifah yang akan memerintah dengan syariah Allah di dalam negeri dan memimpin armada mujahid untuk membebaskan umat dari semua pengaruh dan kendali penjajah barat.

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfal [8]: 24)

Utsman Bakhasy

Direktur Kantor Penerangan Pusat Hizbut Tahrir

Al-Mazraa P.O Box 14-5010 Kolombia Center blok B lt. 2 Beirut Lebanon

Telp : 009611307594 HP. 0096171724043

media@hizb-ut-tahrir.info

Rabu, 09 Maret 2011

Osman Bakhash: Arab Saudi Sulit Bisa Menghentikan Jarum Jam




Channel (Press TV) mengundang Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, Osman Bakhash sebagai narasumber untuk mengomentari situasi di Arab Saudi, serta penindasan dari pihak berwenang di sana terhadap upaya-upaya aksi demonstrasi pada hari Jum’at lalu. Bahkan rezim Arab Saudi mengklaim bahwa aksi-aksi protes itu ilegal, dan menyebutnya sebagai aksi “kekonyolan”.

Dalam pandangan Bakhash, Arab Saudi mengira bahwa rezimnya kebal terhadap angin perubahan yang berhebus di wilayah Arab dari barat hingga ke timur. Sementara masyarakat di sana telah bosan dan lelah dengan kondisi kumuh dan tertekan. Mereka menginginkan perubahan, bukan sedekah, ketika mengomentari klaim raja Arab Saudi yang akan membelanjakan miliaran untuk memperbaiki kondisi hidup warga.

Sementara Bakhash percaya bahwa angin perubahan akan menghancurkan rezim diktator Saudi, yang sangat mengklaim sebagai negara Islam.

Bakhash menambahkan bahwa kaum Muslim telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan perbudakan di bawah rezim warisan dari era kolonial, yaitu era Sykes Picot. Sekarang sudah tiba waktunya untuk membangun sebuah masyarakat Islam dan mendirikan negara Islam (pal-tahrir.info, 6/3/2011)

Kamis, 03 Maret 2011

Kunjungan Cameron ke Timur Tengah Mengekspos Kehipokritan, Oportunisme, dan Watak Kapitalis Kebijakan Luar Negeri Inggris

Kantor Media Hizbut Tahrir Inggris

No : 1432 H/19

Tanggal : 19 Rabiul Awal 1432 H/22 Februari 201 M

Kunjungan Cameron ke Timur Tengah Mengekspos Kehipokritan, Oportunisme, dan Watak Kapitalis Kebijakan Luar Negeri Inggris

London, 22 Februari 2011. Pasokan senjata oleh Inggris telah digunakan untuk membantai orang-orang di Libia. Pada saat yang sama, Perdana Menteri Inggris David Cameron datang ke Mesir untuk bertemu dengan penguasa militer dan berkeliling kawasan untuk mempromosikan penjualan senjata. Ia ditemani wakil dari delapan perusahaan pertahanan. Rombongan itu diikuti oleh wakil dari BAe Systems, Rolls Royce dan QinetiQ, di mana mantan salah satu ketua non eksekutifnya, Pauline Neville-Jones, sekarang menjabat menteri dalam pemerintahan Cameron.

Taji Mustafa, representasi media Hizbut Tahrir Inggris mengomentari kunjungan Cameron itu, mengatakan: “Arogansi, kehipokritan, oportunisme dan promosi kapitalisme oleh pemerintah Inggris sedang menarik nafas. Meskipun debu-debu belum bersih dari Tahrir Square, Cameron telah datang untuk melihat apakah jenderal Mesir masih melayani agenda Amerika Serikat seperti yang telah dilakukan oleh Mubarak selama 30 tahun!” atau di sana sudah ada celah yang bisa dia manfaatkan demi kepentingan Inggris.

“Cameron mempromosikan kontrak senjata di kawasan, di mana pasokan senjata Inggris sbelumnya telah digunakan menyerang warga sipil. Pada waktu muncul pertanyaan tentang Qaddafi yang menggunakan pasukan elit yang dilatih SAS Inggris, Cameron secara hipokrit mengkritik penggunaan satuan “bengis” oleh al-Qaddafi di Libia dan oleh penguasa klan di Bahrain.”

“Selama beberapa dekade, Inggris dan pemerintah barat lainnya telah memberi tiran tersebut persenjataan, dukungan finansial, dan politik, meski tiran-tiran itu menindas rakyat dan baru sekarang mengklaim membenci kebijakan itu”.

“Dengan membawa serta 36 eksekutif perusahaan bersamanya -delapan diantaranya kontraktor senjata- pada waktu di mana Mesir dalam situasi politik yang terus berubah, dia telah mengekspos kepentingan pribadi kapitalis dan memicu konflik kepentingan dan korupsi dalam benturan politik yang menghanguskan dunia muslim dan negara-negara lain di dunia ketiga”.

“Dia mengklaim sebagai juara “kebebasan dan demokrasi” sementara secara arogan menolak bentuk apapun dari pemerintahan Islami (Khilafah) di kawasan tersebut”.

“Masyarakat Mesir harus waspada terhadap politisi barat itu yang seperti Napoleon. Dia datang dengan kata-kata manis untuk menutupi ambisi telanjangnya untuk mempengaruhi dan mengeksploitasi wilayah yang sangat strategis itu”.

“Kami menyeru rakyat Mesir untuk berhati-hati dengan perubahan apapun yang direstui oleh kekuatan Barat. Kebebasan dan demokrasi hanyalah kamuflase untuk menutupi tangan-tangan penjajahan dari kekuatan Barat”.

“Perubahan hakiki hanya akan datang dengan memutus hubungan dengan negara barat kapitalis dan melindungi proses politik dari pengaruh mereka dalam bentuk apapun. Ini hanya akan datang melalui sistem Khilafah Islam, yang akan secara konstitusional mencegah pengaruh semacam itu dan korupsi. Membangun pemerintahan yang benar-benar bertanggungjawab yang dipilih oleh rakyat dan mengakhiri ketidakadilan di dunia muslim yang telah menderita selama beberapa dekade ini”.

Kontak:

Hizbut Tahrir Inggris

Email :press@hizb.org.uk

Web: www.hizb.org.uk

Telepon: 07074 192400

Selasa, 01 Maret 2011

Ketakutan Barat Atas Jumlah Kaum Muslimin



Ketakutan Barat Atas Jumlah Kaum Muslimin

Dari sekian banyak berkah Allah SWT adalah besarnya populasi Muslim dunia yang bisa menjadi potensi besar bagi bangkitnya negara adidaya baru ke depan. Studi demografi komprehensif dari 200 negara menunjukkan populasi Muslim dunia sebesar 1,57 miliar yang mewakili sekitar 23% dari 6,8 miliar penduduk dunia menurut estimasi di tahun 2009.1

Studi lanjutan menunjukkan bahwa dua pertiga dari Muslim dunia tinggal di 10 negara, yaitu enam negara di Asia (Indonesia, Pakistan, India, Bangladesh, Iran and Turki), tiga negara di Afrika Utara (Mesir, Aljazair dan Maroko) dan satu negara di sub-sahara Afrika (Nigeria).

Secara umum populasi Muslim ada di lima benua, dimana 60% berada di Asia dan 20% di Timur Tengah dan Afrika Utara. Negara di Timur Tengah dan Afrika Utara banyak yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

Lebih dari 300 juta Muslim (seperlima dari total penduduk Muslim dunia) tinggal di negara dimana Muslim bukan mayoritas. Populasi minoritas Muslim ini cukup besar. India yang dulu adalah bagian dari dari Khilafah Islamiyah memiliki populasi Muslim ketiga terbesar di dunia. Cina memiliki penduduk Muslim lebih banyak daripada Syria. Rusia adalah rumah bagi populasi Muslim yang lebih banyak daripada gabungan Yordania dan Libya. Dari sekitar 317 juta Muslim yang tinggal sebagai minoritas, sekitar 240 juta (75 %) tinggal di lima negara: India (161 juta atau 13,4% dari populasi), Ethiopia (28 juta atau 34% dari populasi), Cina (22 juta), Rusia (16 juta atau 11,7% dari populasi) dan Tanzania (13 juta atau 30,2% dari populasi). Dari 10 negara terbesar dengan jumlah Muslim minoritas adalah Eropa yaitu Rusia (16 juta) dan Jerman (4 juta atau 5% dari populasi).

Tidak Untuk Intervensi Imperialisme Barat di Libya!!

Kantor Penerangan Pusat Hizbut Tahrir

No : 16/1432 H

Tanggal : 22 Rabiul Awal 1432 H/25 Februari 2011 M

Tidak Untuk Intervensi Imperialisme Barat di Libya!!

Kemarin media massa mengutip para politisi barat di Amerika dan Eropa yang mengindikasikan dan menyatakan kemungkinan intervensi langsung atau tidak langsung di Libya. Terlihat jelas bahwa mesin propaganda media barat mulai menyiapkan lahan untuk intervensi barat di Libya dengan beragai dalih. Diantaranya untuk melindungi Eropa dari bahaya pengungsi dari Libya, perlunya menjamin jaringan suplay minyak, atau dengan alasan mengevakuasi rakyat barat, atau yang terakhir dengan alasan melindungi warga sipil di Libya.

Negara-negara imperialis itu memiliki sejarah dan catatan hitam berupa darah dan tubuh korban di daerah-daerah jajahannya di mana saja. Dahulu di Afrika dan Asia, dan terakhir di Palestina, Afganistan dan Irak. Sejarah itu memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa negara-negara itu dalam kebijakan-kebijakannya tidak mengakui nilai kemanusiaan, moral, atau spiritual apapun. Motiv dan tujuan satu-satunya yang mereka akui adalah demi meraih kepentingan penjajahan mereka, berapapun darah yang harus ditumpahkan dalam bentuk perang, atau melalui konspirasi secara damai melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang diadopsinya dalam memuaskan selera kelas kapitalis untuk lebih banyak merampas kekayaan dan pemasukan alami di dunia. Dunia melihat bagaimana negara-negara itu mensuplay Saddam Husein dengan alat-alat untuk membunuh dan menghancurkan, ketika dahulu Saddam Husein melayani kepentingan-kepentingan negara-negara itu dan tanpa mengindahkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan Saddam Husein. Sedangkan ketika kepentingan-kepentingan mereka mengharuskan, maka dibuatlah zona larangan terbang di utara Irak. Negara-negara itu membongkar kejahatan-kejahatan Saddam Husein untuk menjadikan utara Irak sebagai alasan di kemudian hari untuk menyerang Irak pada tahun 2003. Meskipun Amerikat Serikat tiap tahun menggelontorkan satu setengah miliar dolar kepada rezim Mubarak yang represif dan mengirimkan para tahanan untuk disiksa di bawah interogasi (CIA), namun Obama ingin dunia mempercayai kebohongannya yang telanjang bahwa ia berdiri di samping hak rakyat Mesir untuk menentukan nasib sendiri dan menyerukan penghormatan atas kebebasan dan Hak Asasi Manusia. Ia lupa atau pura-pura lupa bahwa kehipokritan Amerika telah terbongkar di penjara Guantanamo, Abu Ghraib, Bargram, Qana, Gaza dan Jenin. Temannya di London, Paris, dan Roma tidaklah lebih baik dari Obama. Apalagi mereka semuanya tetap saja menutup-nutupi kejahatan-kejahatan rezim Suriah yang terus menerus sejak tahun 1970 di pemerintahan Suriah dengan cengkeraman gaya Stalin. Tidak, bahkan “kebuasan” yang diwadahi dengan Ba’atsisme melebihi kebuasan pemerintahan Stalin.

Hizbut Tahrir telah berjanji pada dirinya sendiri untuk memimpin umat di medan peperangannya untuk membebaskan umat dari cengkeraman penjajah barat. Maka penting bagi Hizbut Tahrir mengumumkan hal-hal berikut:

- Intervensi asing apapun (barat atau timur) dalam urusan kaum Muslim, di Libya, Mesir, Tunisia atau yang lain, merupakan perkara yang tertolak secara total dan tidak mungkin di benarkan atau diijinkan.

- Kebijakan-kebijakan imperialisme negara-negara yang berambisi di negeri-negeri kita telah terbongkar secara telanjang dan tidak lagi bisa membodohi orang-orang bodoh apalagi orang-orang yang sadar.

- Para pemilik pendapat di dunia barat harus sadar bahaya yang dilakukan pemimpin mereka dalam bentuk kebijakan-kebijakan imperialisme, yang pada faktanya adalah kelanjutan dari serangan perang salib terhadap umat Islam. Mereka harus menindak orang-orang bodoh yaitu para penguasa mereka sebelum menjerumuskan mereka ke medan yang membinasakan di negeri kaum muslim, seperti yang mereka lakukan di Afganistan, Irak dan Palestina.

- Kami menyeru umat baik di timur maupun di barat khususnya di Libya, Tunisia, dan Mesir, agar berhati-hati dan waspada terhadap setiap utusan penjajah, apapun nama dan sebutan mereka dalam bentuk utusan atau duta. Juga agar berjuang untuk mengusir mereka dan menghalangi kontak dengan mereka serta menelanjangi keantekan mereka. Mereka itu hanya ingin berkonspirasi melawan kita dan menghalangi kita kembali bersatu di bawah panji yang satu di bawah naungan keadilan yang dibangun asas-asasnya oleh makhluk terbaik, Nabi Muhammad saw.

- Umat Islam harus menyadari bahwa medan perangnya adalah satu, baik di Libya, Mesir, Yaman, Irak dan Afganistan, yaitu pembebasan dari cengkeraman penjajah barat dan alat-alat lokalnya, serta melanjutkan kehidupan Islami dengan tegaknya Khilafah yang telah diberitakan kabar gembiranya oleh Nabi saw.

وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) (QS al-Qashshash [28]: 5)

Utsman Bakhasy

Direktur Kantor Penerangan Pusat

Hizbut Tahrir