Jumat, 10 Desember 2010
Kepada Siapa Yang Tak Kenal Syeikh Yusuf Al-Qardhawi
Segala puji bagi Allah shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi, keluarganya, para shahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:
Para pembaca yang dirahmati Allah Ta'alaa:
Siapa tidak kenal Syeikh Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama besar yang dikenal kerap memunculkan fatwa-fatwa yang kontroversi, baru- baru ini keluar fatwa bahwa keberhasilan Qatar menjadi tuan rumah piala dunia 2022 merupakan kemenangan Islam, dan sebelumnya berfatwa bahwa penjajahan Rusia ke atas kaukakus boleh dan menganggap para mujahidin disana sebagai penjahat pembuat kerusakan, namun oleh sebagian pengikutnya yang fanatik dianggap sebagai ulama besar dan mungkin mujtahid dan mujahid.
Sebagian orang fanatik dengan fatwa-fatwanya dan seolah beliau tidak pernah melakukan kesalahan, bahkan masalah yang jelas dalam syariat dilarang dengan kepandaiannya berdalil seolah menjadi benar.
Disini kami ingin menyampaikan beberapa kesalahan dalam fatwa beliau, mudah-mudahan mereka yang fanatic bisa berpikir dengan jernih dan tidak mengkultuskan beliau sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Kami disini tidak bermaksud membenci beliau atau menjatuhkan kedudukannya sebagai seorang ulama, tapi kebenaran dari Allah Ta’ala tetaplah diatas segalanya.
Beberapa penyelisihan Syeikh Yusuf Al-Qardhawi kepada syariat Islam:
1- Figur yang mempengaruhi kepribadian Syeikh Yusuf Al-Qardhawi: Beliau berkata dalam sebuah konferensi pers dengan surat kabar Amerika Davis (disiarkan dalam sebuah buku dengan judul Islam dan barat):
Saya tumbuh disebuah sekolah yang berkhidmat kepada Islam – beliau mengklaim – bahwa sekolah ini dipimpin oleh seorang yang bersikap moderat dalam pemikiran, pergerakan, dan pergaulannya, yaitu Imam Syahid Hasan Albana dimana beliau sendiri adalah satu umat dari sisi ini, dimana beliau bermuamalah dengan seluruh manusia hingga sebagian penasihatnya adalah penganut kristen qibti dan memasukkan mereka dalam panitia politik dan menemani beliau dalam muktamar-muktamar dan berpendapat perlunya pendekatan dengan syi’ah).
2- Dakwah Syeikh Yusuf Al-Qardhawi untuk mencintai Ahlu Kitab dalam bukunya (Al-Halal wa Al-Haram).
3- Dakwah Syeikh Yusuf Al-Qardhawi untuk mendekatkan antara agama-agama:
Beliau berkata: (sungguh secara pribadi saya telah menyerukan dialog seperti ini dalam buku saya (Auliyat Al-Harakah Al-Islamiyah) saya menyerukan dialog dengan barat dan dialog dalam tingkatan agama dengan pemuka agama termasuk kardinal, uskup dan para pendeta….sebagaimana yang diusahakan oleh Hasan At-Turabi – sampai beliau berkata: - saya yakin dialog pada tingkatan agama, pemikiran dan politik seperti ini adalah dialog yang bermanfaat, dapat menghilangkan kebanyakan kebuntuan atau buruk sangka terhadap yang lain.
Saudara pembaca, bahwa dialog dan muktamar yang dihadiri oleh Syeikh Yusuf Qardhawi tujuannya bukan supaya orang yahudi dan kristen meninggalkan agama mereka dan mereka menerima Islam, bukan , hal ini tidak ada sebagaimana ditegaskan sendiri oleh Yusuf Al-Qardhawi dalam ucapannya: (kami berdialog dan setiap dari kami berpegang teguh dengan prinsipnya) diambil dari bukunya (Islam dan barat).
4- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi mengklaim bahwa jihad hanya defensive saja.
5- Syeikh Yusuf Al- Qardhawi tidak menganggap memerangi Yahudi karena akidah:
Beliau berkata: (jihad kita terhadap yahudi bukan karena mereka yahudi, sebagian ikhwah yang menulis dalam permasalahan ini dan membahas tentangnya menganggap bahwa kita memerangi yahudi karena mereka yahudi dan kami tidak sependapat, karena kami tidak memerangi yahudi karena akidah namun kami memerangi mereka karena tanah, kami tidak memerangi orang kafir karena mereka kafir tapi kami memerangi mereka karena mereka merampas tanah dan rumah kami dan mengambilnya tanpa alasan yang benar.
6- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menganggap bahwa tanah lebih mahal dari akidah.
7- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa kemajemukan agama untuk kebaikan manusia:
Beliau berkata: (tidak ada masalah dengan berbagai agama dan peradaban dan budaya dan hendaklah hubungan diantara mereka hubungan dialog bukan hubungan konflik) (sumber yang sama).
8- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi tidak mendoakan keburukan untuk orang Nasrani:
Dalam sebuah perjumpaan dengan surat kabar Qatar Al-Wathan: beliau mengatakan: (saya dalam masjid berdoa untuk orang-orang Nasrani dan berkata: Ya Allah binasakan orang kristen Serbia yang membawa ruh salibis, saya tidak mendoakan kebinasaan kepada orang nasrani secara umum).
9- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa demokrasi adalah Syura:
Beliau berkata: (Demokrasi didalamnya terdapat jaminan kebebasan dan metode untuk menghancurkan para penguasa yang zalim, dan itu politik syar’ie yang memiliki pintu yang lebar dalam fikih Islam, maka Syura dan demokrasi ibarat uang logam yang memiliki dua sisi) (surat kabar Asy-Syarq edisi: 2719).
10- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menyerukan untuk mencalonkan wanita sebagai anggota dewan:
Beliau berkata: (saya berpendapat bahwa tidak ada halangan seorang wanita menjadi anggota dewan perwakilan rakyat dalam parlemen sebagaimana mereka berhak ikut dalam memilih anggota dewan ini) (surat kabar Al-Wathan edisi: 49).
11- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi memuji Israel:
Beliau berkata: (bangsa Arab dulu menggantungkan harapannya kepada kemenangan Perez dan Perez telah jatuh dan ini yang dipuji untuk Israel, kita berangan Negara kita seperti Negara ini karena adanya kelompok kecil satu orang jatuh dan rakyat yang berkuasa, ….. seandainya Allah menampakkan dirinya pada manusia pasti tidak mendapatkan nisbat seperti ini, kita mengucapkan selamat kepada Israel atas apa yang dilakukannya). (rekaman suara).
Syeikh Utsaimin rahimahullah ditanya tentang perkataan Al-Qardhawi: seandainya Allah …
Maka beliau menjawab: (kita berlindung kepada Allah, ini wajib atasnya untuk bertaubat kalau tidak maka dia murtad karena menjadikan makhluk lebih tinggi dari Sang Pencipta, maka dia harus bertaubat kepada Allah, jika dia bertaubat maka Allah akan menerimanya, jika tidak maka dwajib atas penguasa muslim untuk menebas lehernya) (rekaman suara).
12- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi berpendapat perpecahan dan kelompok merupakan jaminan keamanan:
Beliau berkata: (bahwa kemajemukan ini terkadang menjadi keharusan di zaman ini karena mewakili jaminan keamanan dari kekuasaan individu atau kelompok tertentu dan kekuasaan mereka atas seluruh manusia)(surat kabar Ar-rayah edisi: 4721).
13- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dan sikapnya terhadap pemahaman Salaf terhadap Al-Qur’an:
Beliau berkata dalam bukunya (Bagaimana kita berinteraksi dengan Al-Qur’an hal:19): tidak sepatutnya kita menerapkan atasnya pemikiran atau pemahaman zaman tertentu).
14- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa bantahan terhadap para pentakwil sifat-sifat Allah dan para pengingkarnya melemahkan barisan umat dan menguatkan para musuh:
Beliau berkata dalam bukunya (Wujud Allah hal 6): peperangan kita bukanlah dengan mereka yang mentakwilkan sifat-sifat Allah Ta’alaa tetapi dengan yang mengingkari Allah secara keseluruhan, dan segala macam upaya untuk merubah peperangan ini dari garis yang ada dianggap sebagai pelemahan terhadap barisan dan lari dari pertempuran dan menguatkan musuh.
15- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menuduh ulama umat Islam jumud dan kaku dan menganggap sejumlah para penulis dan pengikut akal dan ahli bid’ah sebagai orang jenius:
Beliau berkata dalam bukunya (Al-Ijtihad dalam Syariah Islam hal:47): kami melihat hari ini beberapa ulama yang kaku terhadap nas-nas yang dengan itu berfatwa kepada umat – mengeluarkan zakat fitri dari makanan pokok negeri – dan melarang sama sekali mengeluarkan zakat dengan sejumlah uang.
16- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dan hari-hari raya bid’ah:
Beliau berkata dalam surat kabar Ar-Rayah edisi 597: (perayaan hari kelahiran saya tidak mengatakannya haram akan tetapi semacam taklid buta kepada orang barat dalam adat kebiasaan mereka).
Para pembaca, saya kira ada pertentangan dalam ucapan yaitu Syeikh Qardhawi tidak mengharamkan perayaan dengan hari raya tersebut, tetapi hanya termasuk taklid buta kepada barat oleh itu bisa jadi beliau tidak menganggap taklid kepada orang kafir tidak haram.
17- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menghadiri perayaan memperingati kematian Khomeini: surat kabar Qatar Asy-Syarq tanggal 17/1/1417H: (perayaan tersebut dihadiri oleh para tamu termasuk Syeikh Qardhawi).
18- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi dan seruannya kepada pendekatan antara sunah dan syi’ah:
Beliau menyampaikan kuliah dalam perkumpulan para alumni (surat kabar Akhbarul Al-Khalij tanggal 20/9/1998): Beliau mengisyaratkan kepada sikap Islam dan toleransinya terhadap mazhab-mazhab suni dan lainnya termasuk syi’ah, zaidiyah dan ibadhiyah dan berkata: kami tidak merasa sempit dengan perbedaan mazhab sebagaimana islam tidak merasa sempit dengan perbedaan agama karena perbedaan merupakan keharusan terutama dalam masalah furu sebagian permasalahan dan dalam sebagian furu’ akidah karena perkara asasnya – alhamdulillah – disepakati maka kita semua adalah penganut agama satu dan kiblat yang satu, bisa jadi perbedaannya seputar perkara yang berkaitan dengan perbuatan hamba dan tanggung jawab mereka atas perbuatan mereka, dan permasalahan ma’sumnya para imam disisi syi’ah dan imamiyah secara dzatnya pemahaman furu’ dalam akidah tetapi tetap saja dasar-dasarnya disepakati bersama maka tidak mengapa ada perbedaan seperti ini karena perbedaannya dalam masalah furu’ dan bisa dikumpulkan semuanya di atas satu makna.
19- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menghalalkan nyanyian (kitab Al-Halal wa Al-Haram hal 391).
20- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi menghalalkan hadir dalam acara yang dihidangkan disana minuman keras:
(Beliau berpendapat bahwa setiap perkara pada dasarnya seorang pengundang dalam acara seperti ini hendaklah menghormati kekhususan kaum muslimin dengan menjauhkan mereka dari setiap yang diharamkan dalam agama mereka, tetapi jika itu sulit maka keperluan dapat membolehkan hal yang diharamkan seperti ini).
21- Syeikh Yusuf Al-Qardhawi mengizinkan putrinya kuliah di universitas barat yang ikhtilat.
Penentangan ini diambil dari kitab; (Raf’ul Litsam ‘an Mukhalafatil Al-Qardhawi li Syari’atil Islam) pengarang: Ahmad bin Muhammad Al’Udaini.
Wallahu A"lam bishowab:
(ar/voa-islam.com)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar