I made this widget at MyFlashFetish.com.

Khilafah

Gempita Konferensi Rajab 1432 H

Rabu, 24 November 2010

Ketakutan Penguasa Arab Saudi Pada Setiap Musim Haji


Setiap kali musim haji, kita dapat menyaksikan bagaimana kekhusyu'an para jamaah melakukan setiap rukun ibadah haji mereka. Para jamaah diingatkan agar senantiasa menjaga kesucian Ka'bah. Mereka akan merasa takjub setiap kali berhadapan dengan Ka\'bah karena di situlah Islam diturunkan. Namun, Islam yang diamalkan saat berhadapan dengan Ka'bah hanya dalam aspek ritual belaka. Padahal, Islam yang diturunkan oleh Allah Swt. bukan hanya sekedar ritual belaka melainkan juga aspek politik.

Di rumah Allah inilah tempat di mana Rasulullah Saw. dan para sahabat berjuang dan mempertahankan keimanan mereka. Banyak sekali tempat-tempat di sekitar Makkah yang menjadi bukti dan saksi perjuangan mereka. Jadi, tidak keterlalhuan bila tempat-tempat ini dikatakan mampu membangkitkan perasaan masa lalu, generasi awal kaum Muslimin yang menghadapi pertentangan yang hebat dari seluruh masyarakat jahiliyyah Makkah pada saat itu. Tidak ada sedikitpun di setiap sudut kota Makkah yang sunyi daripada penindasan dan penyiksaan kaum kafir Quraisy atas kaum Muslimin.

Di sana terdapat suatu tempat di mana sahabat Rasulullah saw, Bilal bin Rabbah, seorang keturunan Habsyah yang saat ini dikenal dengan Ethiopia, pernah disiksa oleh seorang pemuka Quraisy yang bernama Umayyah bin Khalaf. Tempat tersebut telah dilupakan sama sekali karena tidak dipelihara atau ditandai oleh penguasa Makkah. Diriwayatkan kawasan tersebut merupakan tempat diantaranya yang paling panas di kawasan Makkah. Sekiranya sekerat daging diletakkan di situ, niscaya ia akan matang. Apabila ada seseorang yang lewat di sekitar tempat tersebut, ia tidak dapat menyangkal akan merasakan bahangnya yang sangat panas sehingga ia meyadari bahwa itulah tempatnya, yaitu tempat di kala Bilal bin Rabba ra. masih tegar dengan keimanannya. Tetapi sangat disayangkan pada hari ini, kebanyakan orang yang lalu lalang tidak menyadari tentang sejarah lokasi tersebut.

Jika para jamaah haji ditunjukkan tempat-tempat bersejarah ini, tidakkah mereka akan menyaksikan dan merendahkan diri mengenang betapa beratnya perjuangan yang telah dilalui oleh generasi awal kaum Muslimin? Bukankah mereka akan memulai utuk mengkaji bentuk perjuangan ideologi yang telah berlaku? Tidakkah mereka akan berfikir bahwa aqidah yang mereka yakini ini merupakan satu bentuk pesan daripada Allah yang mesti terus disampaikan kepada umat manusia? Tidakkah mereka menyadari bahwa sejak awal, Islam telah dilihat sebagai ancaman bagi sistem yang ada dan bagi para penguasa yang zalim? Tidakkah ini semua akan menyadarkan para jamaah haji bahwa mereka juga sebenarnya adalah sebagian daripada hasil perjuangan tersebut kerika melakukan setiap rukun haji?

Para jemaah haji juga harus ditunjukkan tempat di mana Khabab bin al-Arat ra. ditimpa perisai besi yang panas ke atas dadanya yang tidak mengenakan baju supaya dia meninggalkan Islam dari dadanya. Bukankah ini akan menyadarkan seseorang untuk berfikir dan bertanya, mengapa terdapat penyiksaan yang sedemikian rupa dan mengapa terdapat rintangan yang hebat kepada risalah yang sempurna, bahkan terdapat fakta yang menunjukkan risalah ini terus menerus mencoba semua sistem palsu yang ada di dalam kehidupan ini? Tidakkah ini akan menyebabkan perasaan seseorang itu akan tertarik kepada pergolakkan pemikiran dan politik? Memang benar, jika dia ditunjukkan tempat di mana Rasulullah saw. dicela dan dihina oleh Abu Jahal dan di man surat Al-\'alaq diturunkan, tempat di mana Allah Swt. akn memberikan kebenaran kepada Jibril untuk membunuh Abu Jahal dan tempat di mana Abu Jahal mencoba mencekik Rasulullah saw.

Jika mereka ditunjukkan tempat-tempat tersebut dengan semua kisah ini dijelaskan, niscaya bagi yang ikhlas, qalbu mereka akan dipenuhi dengan suatu perasaan yang dalam dan pemikiran mereka akan segera menyadari bahwa apa yang sebenarnya terjadi adalah merupakan perjuangan dakwah atas Rasulullah saw yang mulia yang kemudian menyebabkan tegaknya suatu ideologi yang menguasai dunia telah terjadi di situ dan para jamaah akan dapat menyadari bahwa mereka merupakan hasil daripada perjuangan tersebut. Jiwa mereka akan turut tertarik untuk bertanya di manakah ideologi yang agung hari ini? Ini akan menimbulkan semangat berjuta-juta jemaah untuk berhadapan dengan para penguasa yang ada saat ini.

Begitu juga, jika mereka ditunjukkan Darul Arqam, yaitu tempat di mana halqah-halqah (pembinaan tsaqafah) dijalankan pada malam hari, atau mereka ditunjukkan halaman-halaman rumah di mana Sayidina Abu Bakar ra. biasa membaca al-Quran dengan keras dan beliau menangis walaupun dia telah dijanjikan perlindungan oleh Allah Swt., atau tempat berhampiran dengan Makkah di mana Rasulullah Saw. telah dianiaya hingga menyebabkan darahnya mengalir sampai ke kaki dan selipar baginda menjadi merah hingga tidak dapat dibedakan diantara kaki Rasulullah dan selipar baginda. Juga tempat di mana baginda Rasulullah saw. hampir dibunuh sebelum baginda berhijrah ke Yatsrib, tempat yang mana menunjukkan keberanian Ali bin Abi Thalib yang sanggup menggantikan tempat Rasulullah Saw. yang menjadi sasaran pembunuhan. Inilah suasana perjuangan yang harus dibangun di kalangan para jamaah agar mereka dapat sadar dan bangkit. Perasaan suasana haji sangat signifikan untuk mencetuskan gelombang kebangkitan ini di kalangan jamaah haji dan seterusnya di kalangan kaum Muslim.

Niat Jahat Rezim Barat

Kesadaran dari realitas politik pada masa lalu sudah tentu dapat memberikan gambaran yang sangat kuat di dalam pikiran para jamaah haji dan mereka akan segera mengarahkan jari telunjuk ke arah semua pemerintahan dan penguasa yang ada saat ini karena kegagalan mereka membela ideologi yang agung ini. Mereka hanyalah boneka dan upaya menegakkan Islam tidak ditentukan oleh mereka walaupun mereka berusaha untuk menyuarakan perjuangan Islam.

Sesungguhnya kesadaran umat Islam hari ini dapat dilihat di mana-mana dan akan mengembalikan kehidupan Islam dengan kejayaan yang besar.

Ini menerangkan penyebab bagaimana Barat dan agen-agen mereka senantiasa menonjolkan aspek kerohanian atau ritual belaka. Sedangkan semua aspek politik (pengaturan urusan umat) dari sistem Islam telah ditanggalkan sama sekali. Salah satu contoh yang paling jelas ialah bagaiamana penguasa Arab Saudi melarang setiap perbincangan yang bersifat politik tentang kaum Muslim sedunia melainkan hanya perbincangan seputar ibadah haji masing-masing. Padahal hal tersebut telah menjadi kebiasaan sejak bertahun-tahun yang lalu.

Bahkan para penguasa tersebut telah memberi jaminan kepada Barat bahwa selepas serangan 11 September 2001, semua jamaah haji akan diawasi dan dikontrol, dan dilarang untuk meperbincangkan hal-hal yang bersifat politik. Sedikit demi sedikit, hal itu telah menghalangi kemunculan secara sembarang persoalan di dalam pikiran setiap jamaah tentang penyelewengan yang terjadi di seluruh dunia kaum Muslim oleh para penguasa pengkhianat, la'natullah 'alaih.

Pemeliharaan tempat-tempat yang disebutkan tadi sebenarnya berada di bawah tanggungjawab mereka yang mengaku menjadi penjaga dan pelindung kaum Muslim. Ini adalah karena tempat-tempat tersebut menjadi peringatan kepada kaum Muslim agar api Islam itu tetap menyala di dalam hati setiap kaum Muslim dan bahkan menjadi pencetus momentum kebangkitan Islam.

Penipuan Atas Kaum Muslim

Namun begitu, penguasa yang ada pada hari ini tidak lagi melindungi tempat-tempat tersebut. Bahkan mereka memusnahkan atau menutupi tempat-tempat tersebut dengan niat untuk mengkhianati kaum Muslim lalu memberi alasan bahwa menyimpan tempat-tempat tersebut akan menimbulkan syirik kepada Allah. Walhasil, merekalah ibu atas kemusyrikan yang terjadi di seluruh dunia kaum Muslim saat ini. Oleh karena itu, sejak awal mereka mendapat otoritas dari para kolonialis (Inggris dan Prancis), pertama kali mereka lakukan ialah dengan membina binaan-binaan nyata atas lokasi-lokasi bersejarah di sekitar ka\'bah. Padahal masyarakat saat itu secara keseluruhannya tidak pernah melakukan amalan-amalan pemujaan-pemujaan di tempat tersebut dan hanya menziarahinya seperti halnya menziarahi kubur.

Jadi, perkara syirik yang dikatakan para penguasa ini sebenarnya tidak pernah dilakukan oleh umat saat itu. Jika betul mereka memusnahkan tempat-tempat tersebut secara ikhlas tanpa niat yang tidak baik, bagaimana mungkin mereka berkehendak menerangkan pembangunan monumen-monumen peringatan berunsur ashabiyyah (nasionalisme arab) yang menggambarkan kisah perjuangan dan kebangkitan tentara Arab menentang Khilafah Islam? Pada saat yang sama mereka telah memusnahkan tapak Uhud yang disebut baqiyah (pusara Uhud) di mana Rasulullah saw biasanya akan singgah dan membacakan doa, dan juga menjadi peringatan akan perjuangan idelogis tentang peperangan Uhud. Mereka telah memusnahkan tempat tersebut dan kemudian malah mengurus pemeliharaan monumen peringatan Istana Saud.

Jika kita berjalan melalui Riyadh, kita akan melihat Istana Masmak--di mana di masa dahulu menjadi tempat para pejabat Inggris dalam menjalankan perencanaan jahat untuk meruntuhkan Daulah Khilafah Islam. Inggris kemudian berhasil memisahkan Arab Saudi dari Daulah Khilafah Islam dan selanjutnya dengan baik hati telah menghadiahkan tanah Hijaz kepada kesultanan Saudi karena telah memberikan dukungan kepada Inggris. Istana tersebut dilindungi dan dijaga untuk memelihara monumen-monumen sebagai peringatan perjuangan ashobiyyah dan sebagai simbol kebanggaan. Rumah Saud ini dilindungi termasuk juga lubang-lubang bekas tembakan tentara Khilafah Utsmani. Lubang-lubang yang terdapat di dinding rumah tersebut dikatakan sebagai kesan perjuangan membebaskan dari cengkraman Daulah Islam. Lubang-lubang inilah yang diliput secara luas untuk menimbulkan sentimen ashobiyyah Arab menentang apa yang dianggapnya sebagai penjajahan Daulah Islam Utsmaniyyah.

Keadaan ini jelas-jelas secara nyata telah merupakan kejahatan atas kaum Muslim. Di satu sisi, para penguasa ini telah menuduh tanda-tanda perjuangan umat Islam terdahulu membawa kemusyrikan dan pada sisi lain mereka membiarkan dan memelihara monumen yang melambangkan ashobiyyah yang merupakan salah satu bentuk faham jahiliyyah. Ini juga menunjukkan kepada kaum Muslim, kejahatan objektif politik mereka di belakang semua keputusan yang mereka buat. Mereka menghapuskan tapak peringatan perjuangan Rasulullah Saw bukanlah bersifat agama seperti yang mereka gembar-gemborkan melainkan semata-mata untuk menanggalkan aspek politik daripadanya.

Khatimah

Walaupun ibadah haji telah dilaksanakan selama bertahun-tahun oleh kaum Muslim, namun tidak ada sedikitpun bentuk perlawanan dalam bentuk gerakan yang besar dari jamaah haji yang hadir di Makkah. Aksi protes oleh sabagian kecil kaum Muslim saat mengerjakan haji tentu tidak berpengaruh sedikit pun malah dianggapanya sebagai pengacau oleh pihak keamanan Makkah. Seharusnya kebangkitan ini harus terjadi di seluruh tingkat agar dapat menunjukkan ke sesuatu hal yang harus dipandang serius oleh kaum Muslim di seluruh dunia.

Bila sepanjang sejarah zaman pemerintahan Islam, musim haji merupakan tempat berkumpulnya umat Islam bersama Khilafah untuk duduk bersama dan membicangkan perkara berkaitan dengan kepentingan kaum Muslim, tetapi pada masa ini, pertemuan haji bukan saja hanya memperlihatkan aspek ritual di kalangan jamaah belaka, namun juga menunjukkan dengan jelas sentime ashobiyyah di kalangan jamaah.

Insya Allah, suatu saat nanti Khilafah akan mengembalikan ingatan kita kepada perjuangan Rasulullah Saw di Makkah dan jamaah haji akan berkumpul di Makkah bersama amirul mukminin mereka, Khalifah Rasyidin. Amin. [z/myk/syabab.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar